Title : West Javana [Chapter 1]
Author: Fasya & Kapten Kaoru
Genre: Yuri, Action, etc.
Note : cerita ini bergenre yuri. Ini hanya untuk hiburan semata, bagi yang tidak menyukainya.. silahkan tinggalkan ff ini dan diharapkan jika ingin copy paste, silahkan disertai pula dengan nama authornya. Saling menghargai yaa dan please, dont keep silent!! XD
***
Sepasang kaki seorang perempuan turun dari sebuah tempat tidur king size yang tidak rapi, duduk ditepi tempat tidur dengan tubuh yang polos. Dia menggelung rambut hitam panjangnya keatas, mencoba mengembalikan kesadaran setelah semalam suntuk bertempur menghabiskan energidalam dirinya.
Tanpa berniat membangunkan partner perempuannya yang masih terlelap, perempuan itu beranjak perlahan dari tempat tidur dan menarik sebuah selimut untuk membalut tubuh polosnya sedada. Dia berjalan menuju sebuah komputer yang ada di sudut ruangan, menancapkan benda tipis sepanjang 3 cm dan dengan cekatan ia mengcopy seluruh informasi yang dibutuhkan sebelum seseorang terbangun dari tidur nyenyaknya. Tidak hanya itu, ia juga memeriksa gadget milik partnernya.
“ Ah sialan, aku lupa melepas microphone ku, ” umpatnya pelan setelah lidahnya membentur benda kecil yang menempel di gigi geraham sebelah kanan. “ Awas saja kalau mereka mendengar desahan liarku semalam. ”
Perempuan itu mulai panik ketika melihat sang partner menggeliat malas, sedangkan urusannya belum selesai. Bagaimanapun, sang partner itu tidak boleh bangun sekarang. Peluh mulai mengalir deras dari pelipisnya, ia tengah berusaha memutar otak untuk menemukan cara agar partner perempuannya itu tidak bangun dan mengetahui apa yang sedang ia lakukan.
Seperti dikejar oleh sekumpulan lebah yang tidak tau harus berlari ke arah kanan atau kiri. Dia harus segera memutuskan sesuatu jika dia tidak mau gagal dalam misinya ini. Berharap data-data itu segera selesai ter-copy.
Partner perempuan itu mulai memperlihatkan gerakan-gerakan merenggakan tubuh dibalik selimut tebal. Dengan kesadaran yang belum penuh, dia mencari seseorang dan menyebut si pemuas seksnya yang baru saja dia kenal di bar semalam. Dia terkejut saat tidak menemukan orang itu disampingnya. Perempuan itu melemparkan pandangannya ke seluruh ruangan, namun ia tak melihat keberadaan pemuas seksnya. Tak lama kemudian, terdengar suara gemuruh air dari dalam kamar mandi. Perempuan itu menghela nafas lega karena pemuas seksnya tidak meninggalkannya seorang diri, setidaknya tidak meninggalkannya tanpa mengucapkan se-kata atau dua kata saja.
“ Apa kau mencariku? ” tanya perempuan itu di ambang pintu kamar mandi dengan tubuh yang masih terbalut selimut se-dada. Dia berusaha memasang wajah setenang mungkin, agar partnernya tidak curiga dengan gelagatnya yang gugup karena hampir ketahuan.
“ Aku kira kau akan meninggalkanku sendirian setelah puas memakanku semalam, ”. perempuan itu hanya tersenyum kecil, lalu ia mengambil satu-persatu baju yang berserakan dilantai, dan memakai pakaiannya dengan gerakan slow-motion. Gerakan-gerakan erotis yang diperlihatkannya membuat partner perempuan itu turn on lagi.
Dengan cepat, dia bangkit dari tempat tidur dan menyerang bibir pemuas seksnya. Menghisap dan juga melumat bibirnya lembut, pemuas seks itu membalas ciuman tersebut dengan senang hati. Bahkan, dengan perlahan pemuas seks itu membaringkan tubuh partnernya dengan dia yang berada di atasnya. Perempuan itu memeluk leher sang pemuas untuk memperdalam ciuman mereka.
‘kau sungguh sexy, sangat-sangat sexy dan bisa memuaskanku. Andai saja kau bukan penjahatnya.’ Batin pemuas seks itu tanpa melepaskan bibir mereka.
“ Aku harus pergi. ” Kata si pemuas seks terengah-engah sambil menatap dalam kedua mata yang indah itu. “ Jika kita ditakdirkan untuk bertemu kembali, kita akan bertemu lagi dalam keadaaan yang sama seperti sekarang. Terima kasih, aku tidak akan melupakan kejadian semalam. Kau tau.. itu adalah hal yang paling indah didalam hidupku ”.
Partner perempuan itu tertawa, “ Hahaha.. Aku berani bertaruh kau mengatakan hal ini kesemua perempuan yang kau tiduri. ”
“ Ah! Apakah aku terlihat seperti player? Oh baiklah aku ketahuan. Tapi aku serius soal buttmu. Buttmu adalah butt terindah yang pernah aku cicipi. ”
“ Hahahaha.. pergilah. Jika kau ingin kembali, kau pasti tahu jalan menuju ke tempat ini, Miss… ”
“ Taeyeon, namaku Kim Taeyeon ”. Taeyeon beranjak dari tempat tidur dan merapikan pakaian yang dia kenakan. Dia berjalan menuju meja disebelah tempat tidur untuk mengambil jus lalu memberikannya pada partner-nya itu.
“ Untukku? ”. Taeyeon mengangguk lucu, membuat kedua mata partner-nya berbinar-binar karna tersipu dengan perlakukan Taeyeon padanya.
“ Seperti kata sebuah buku yang aku baca, meminum jus setelah bercinta akan membuatmu segar kembali ”. Tanpa mendengarkan kalimat Taeyeon lagi, Perempuan itu meneguk habis minuman yang diberikan Taeyeon sebelum akhirnya dia tidak sadarkan diri. Taeyeon menyeringai kecil dan mendekat ke telinga perempuan itu.
“ Dan dari buku lain yang sudah aku baca, jangan pernah percaya dengan perkataan orang yang baru saja kau kenal ”.
Taeyeon meraih ponselnya dan mendial nomor seseorang, “ Yoong, saatnya kau bekerja. Pastikan ingatannya benar-benar hilang. Aku tidak tega membunuh orang yang memiliki butt yang sangat seksi seperti dia ”.
***
Dorr.. dorr.. dorr..
“ Targetmu selanjutnya adalah perempuan terkenal seantero negeri ini. Dia adalah putri tunggal dari pengusaha narkoba terbesar. Besok akan diadakan pesta penyambutan perempuan itu, dan sepertinya itu saat yang tepat untuk memulai misimu ”. Ungkap Yuri yang membacakan informasi dari misi yang akan Tiffany lakukan, Sedangkan Tiffany tetap fokus melihat dan menembak target-target yang terpasang jauh didepannya. “ Orang ini tidak mudah untuk didekati. Tapi kami yakin kau mampu mendekatinya dan menyelesaikan misi ini sebelum kau benar-benar akan mengundurkan diri ”. Tiffany hanya diam mendengarkan apa yang dikatakan Yuri.
“ Kau punya nyali, huh? Cepat katakan atau kami akan membunuhmu!! ”. Ancam seorang assistant laki-laki yang berteriak lantang ditelinga salah seorang yang di duga adalah tersangka dan mereka tengah menginterogasinya dibelakang Tiffany. Tiffany terganggu dengan teriakan yang semakin keras itu, dan si tersangka pun tak kunjung mengatakan suatu informasi tentang kelompok lainnya yang masih menjadi buronan.
Tanpa melepaskan pistol ditangannya, Tiffany berbalik dan membidik tersangka itu dari kejauhan. Dengan jitu, Tiffany menembak tepat di jantung orang itu.
DORR!!
Asap yang mengepul keluar dari lubang pistol yang begitu kecil, memperlihatkan wajah cantik Tiffany yang begitu tenang namun dingin. Ia tersenyum tipis dan menoleh ke arah Yuri dengan ekspresi yang begitu datar, seolah kejadian penembakan yang dilakukan Tiffany sebelumnya tak pernah ada.
“ Atur semuanya untukku, aku akan menemuimu lagi besok ”. Tiffany melepas sarung tangan dan meletakan pistol yang dia gunakan sebelumnya, lalu berjalan menjauh dari Yuri setelah dia melirik beberapa orang yang bergegas membereskan kekacauan yang baru saja dibuatnya.
“ Jika orang itu tak bisa memberikan keterangan apapun, untuk apa lagi dipertahankan “ umpat Tiffany yang bergegas menekan penuh gas motor besarnya.
Tiffany menghentikan laju kendaraannya di parkiran apartemen yang ditinggalinya. Sudah beberapa hari dia tak pulang dan mengistirahatkan tubuhnya, mengingat ia adalah sosok perempuan yang begitu workholic. Hingga dalam satu hari itu, Tiffany mampu menyelesaikan beberapa misi sekaligus. Dengan kelelahan yang dirasakannya, ia berjalan masuk ke dalam gedung apartemen. Berjalan menyusuri koridor yang begitu sepi, berharap dia akan menemukan ketenangan dan kesegaran di balik tempat tidur serta rintikan air dingin yang keluar dari showernya.
Namun, harapan itu sekejap hilang begitu saja saat dia melihat sepasang sepatu hak tinggi hitam—sesaat setelah dia membuka pintu. Tiffany sangat mengenal pemilik sepatu itu, sepatu milik seseorang yang membuatnya muak setiap melihatnya.
Sepatu itu milik mantan kekasihnya, Bora.
“ Fany~ah! ” Seru Bora sambil berhambur memeluk Tiffany yang sedang berjalan menuju ruang tengah. Dengan pandangan risih, Tiffany melepaskan tangan Bora yang melingkari lehernya,
“ Sepertinya aku harus mengganti password apartemenku setelah ini. ”
“ YA! Apa kau benar-benar serius dengan kata-katamu yang tidak ingin melihatku lagi? ”
“ Menurutmu? Jangan ganggu aku, aku mau mandi ”. Tiffany bergegas masuk ke dalam kamarnya. Bora mengumpat kesal, melihat Tiffany yang benar-benar mengabaikannya “ TIFFANY!! Jadi kau benar-benar membenciku, eoh? ”
“ SIKERO!! “
DUG’
Bora terlonjak kaget, saat mendengar dentuman yang cukup keras dibalik pintu kamar Tiffany. “ O-oh.. dia sangat menakutkan “ gumam Bora dengan ekspresi yang terlihat speechless.
Tiffany sudah membersihkan tubuhnya, ia memutuskan untuk keluar kamar dan duduk di sofa ruang tengah. Meraih remote televisi yang tak jauh darinya, lalu menyalakan televisi tersebut. Tak dapat dipungkiri, bahwa kegiatan yang dibenci Tiffany adalah berdiam diri di depan televisi dalam waktu yang lama. Tetapi untuk saat ini melakukan kegiatan itu adalah pilihan yang terbaik, melihat Bora yang masih belum mau pergi dari apartmetnya—Perempuan itu pasti akan mengganggu kegiatan apapun yang Tiffany lakukan. Sekalipun saat Tiffany berniat untuk tidur.
“ Makanlah, aku membuatkan makanan ini untukmu. Kau pasti belum makan hari ini. ” kata Bora, seraya menyimpan beberapa hidangan di meja tak jauh dari hadapan Tiffany. Sekilas Tiffany menoleh ke arah hidangan itu, lalu kembali memandang ke arah televisi. Tiffany memang belum mengisi perutnya, tetapi mengetahui hidangan dihadapannya itu buatan mantan kekasihnya—mendadak nafsu makannya hilang. Hal itu membuat Bora mengumpat kesal—lagi dan memutar otaknya. Mencari cara agar Tiffany menaruh perhatian padanya.
Seringain nakal terlihat diwajah perempuan itu, saat ia menemukan sebuah ide yang bisa dibilang gila.
“ Fany~ah “ panggilnya seduktif, seraya duduk di pangkuan Tiffany dan mengalungkan kedua tangannya dileher perempuan dingin itu. Menghalangi pandangan Tiffany yang tengah menonton televisi, tetapi Tiffany mengabaikannya. “ Fany~ah, mantan kekasihmu memanggilmu. Tidakkah kau mendengarnya, hm? “ bisiknya yang mampu membuat Tiffany bergidik. Tiffany hanya diam dan terus memfokuskan diri melihat acara televisi yang sedang berlangsung.
Tak lama kemudian, Tiffany bisa merasakan sesuatu yang lunak menelusuri lehernya. Mengecup kecil dan menyesapnya dengan penuh kelembutan.
Tiffany memejamkan mata, menggigit bibir bawahnya sekuat tenaga untuk menolak rangsangan yang dilakukan Bora padanya. Ia berusaha untuk tidak mendesah ketika merasakan sentuhan Bora yang sewaktu-waktu bisa membuatnya ‘gila’. Tiffany memang membenci mantan pacarnya ini, tetapi bagi Tiffany, Bora adalah orang pertama dan satu-satunya yang mencuri sekaligus menghancurkan hatinya.
Bora tidak kehabisan akal. Ini bukan yang pertama kalinya Tiffany menolak dirinya. Bora sangat tau treatment – treatment khusus yang bisa membuat Tiffany tidak bisa menolaknya. Sehingga perlahan namun pasti, tangan Bora mulai turun dari leher Tiffany. Menangkup kedua tangannya di dada Tiffany dan meremasnya lembut. Hubungan mereka yang hampir mencapai 3 tahun itu, membuat Bora tahu inilah hal yang paling disukai Tiffany.
Dan benar saja.. perlahan pertahanan Tiffany mulai runtuh. Aksi bora itu telah membuat Tiffany frustasi, sehingga kini Bora benar-benar mendapatkan apa yang ia mau. Membuat Tiffany menaruh perhatian padanya.
“ B-bora~ya “. Bora menyeringai dibalik ciumannya dileher Tiffany, ia menengadahkan kepalanya untuk menatap Tiffany.
“ Wae? Kau menyukainya? “ tanya Bora yang kemudian, mengecup bibir tipis Tiffany. Tiffany yang sudah masuk ke dalam perangkap Bora, membalas ciuman itu dengan melumat bibir mantan kekasihnya seperti makanan yang akan meleleh jika tidak segera dihabiskan. Bora tersenyum senang dibalik ciuman mereka, hingga ia menambahkan intensitas ciumannya tanpa melepaskan remasan tangannya di dada Tiffany.
“ Enghh.. “. Success!! She’s turn on, now!
Tiffany membaringkan tubuh Bora di atas sofa, disertai ciumannya yang turun ke leher perempuan itu.
“ O-ohh.. My Fa–.. “. Kini, giliran Bora yang mendesah saat mendapatkan perlakuan Tiffany yang begitu liar dilehernya. Tiffany terus menyesap leher putih milik Bora hingga meninggalkan kiss mark disana dan kedua tangannya pun tak tinggal diam. Perlahan, kedua tangan Tiffany membuka satu persatu kancing pakaian Bora. Tidak dibuka sepenuhnya, setidaknya ia bisa melihat dua bukit kembar yang padat dan cukup besar.
Setelah itu, Tiffany langsung menenggelamkan wajahnya dibelahan dada Bora. Menjilatnya disertai pijatan lembut yang dilakukan kedua tangannya pada kedua dada milik Bora.
“ Aahhh… “. Bora terlonjak sambil menjambak rambut belakang Tiffany. Salah satu hal yang paling disukai Bora adalah ketika Tiffany menjilat dan bermain di dadanya dengan lembut. Melihat ide gilanya telah berhasil, Bora hanya pasrah sambil terus mendesah dan menekan kepala Tiffany agar tidak berhenti mencumbu tubuhnya.
“ Ahh.. F-fany~ahh.. enghh “. Mendengar desahan Bora yang perlahan namun pasti akan memenuhi ruangan apartmentnya, Tiffany langsung tersadar akan hubungan mereka. Mereka sudah bukan sepasang kekasih lagi, lalu jika seperti itu status apa yang Tiffany dapatkan? Pemuas seks mantan kekasihnya? Tidak! Tiffany bukan orang yang mudah diperbudak untuk memuaskan nafsu duniawi seseorang, apalagi Bora yang sudah menjadi mantan kekasihnya.
“ Pergilah “. Tiffany menghentikan aksinya dengan menarik wajahnya dari dada Bora dengan ekspresi datar. Tiffany beranjak berdiri, lalu memandang Bora yang masih berbaring dengan baju yang terbuka. Bisa terlihat kilauan bekas air liurnya di dada perempuan itu. “ Aku tidak bisa memuaskanmu seperti orang yang mencumbumu di apartemenmu waktu itu. Lebih baik kau mencari seseorang yang benar-benar bisa memuaskanmu, dan tolong jangan mencariku lagi. ”
Tiffany melangkah masuk ke kamarnya, dia sama sekali tidak tau kalau dia meninggalkan Bora yang mulai menitikan air mata.
“ Maafkan aku, Fany-ah. Aku mohon kembalilah padaku. Aku masih mencintaimu ” Lirih Bora setelah melihat Tiffany menghilang dibalik pintu kamarnya. “ Maafkan aku, Fany-ah. Jebalyo.. ”
Tanpa Bora sadari, Tiffany yang sudah masuk ke dalam kamarnya tengah berdiri dibelakang pintu itu, bersandar sambil memejamkan matanya. Tiffany mendengar semua kata-kata Bora. Mantan kekasihnya.
***
“ Kau yakin ini targetnya? ”. Taeyeon terkejut, sedangkan Yoona dan Seohyun mengangguk bersama dengan keadaan sendok makan yang masih menempel di bibir mereka. Mereka sedang menghabiskan waktu makan bersama di cafe tak jauh dari markas mereka. “ Kalian gila! Apa kalian berani bertanggung jawab kalau aku jatuh cinta dengan target secantik ini? Selain dia merupakan putri dari bandar narkoba yang paling terkenal, kalian tau siapa perempuan ini? ”. Lagi-lagi Yoona dan Seohyun menggeleng secara bersama-sama.
“ Dia merupakan perempuan yang paling seksi, paling sempurna dan paling di idam-idamkan semua laki-laki dan perempuan di negeri ini. Kalau aku membunuh perempuan ini… ”. Taeyeon menghela napas panjang, ” Aku tidak akan sanggup membunuhnya! ”. mendengar ungkapan Taeyeon, Yoona kesulitan menelan makanannya sebelum akhirnya Seohyun mengatakan sesuatu yang sedikitnya telah membuat Yoona lebih lega.
“ Tenanglah, unnie. Kau pasti akan menemukan sesuatu yang bisa membuat kau benci dengan perempuan itu. Pernahkah kau dengar bahwa perempuan yang kau anggap paling seksi itu susah didekati? ”
“ Dia pasti akan jatuh ke dalam pesonaku, seperti perempuan yang kau hilangkan ingatannya itu. Sebelumnya kalian mengatakan bahwa perempuan itu straight, tapi nyatanya dia mendesah sangat liar saat aku memuaskannya ”. Ungkap Taeyeon dengan bangga. Tiba-tiba Seohyun menunduk malu dengan pipi yang memerah, suasana saat itu sekejap berubah menjadi kaku.
“ Kau gila, unnie. Bahkan kau tidak melepaskan microphone yang terpasang di gigimu dan memaksa kami mendengarkan percakapan kotor yang kalian lakukan ”. Yoona angkat bicara setelah meletakan sendoknya, mencoba mencairkan suasana yang benar-benar sangat canggung dan susah diungkapkan dengan kata-kata.
“ Hmm.. jadi kapan misi ini bisa dimulai? ” tanya Taeyeon yang kembali pada topik pembicaraan mereka.
“ Hari ini akan di adakan pesta penyambutan untuk perempuan itu. Berhubung aku dan Yoona unnie sudah mempersiapkan semuanya, jadi misi ini akan dimulai 30 menit lagi ”
“ MWO?????? Micheosseo!??? ”
.
.
Seorang perempuan dengan telaten memulas wajahnya dengan kosmetik yang tersedia di meja rias. Tiffany, tetap fokus mendandani wajahnya sambil mendengarkan penjelasan dari Yuri.
“ … perempuan itu diperkirakan akan datang saat penghujung acara saja. Dia bukan tipe orang yang suka keramaian. Dia suka menyendiri, dia juga tidak suka kegiatan yang membuatnya capek atau sibuk. Ah~ kau sudah membaca dokumen yang aku letakan di mejamu pagi ini kan? Ada foto dan profil kepribadiannya lengkap. ” Kata Yuri sambil melihat sesuatu di layar monitor yang dia letakan disamping Tiffany.
“ Aku belum sempat membukanya. Lagipula kau sudah mengatakan semuanya padaku, jadi sepertinya aku tidak perlu lagi melihat dokumen itu. ” Balas Tiffany santai tanpa menoleh pada Yuri sedikitpun.
Yuri mendengus kesal, “ Setidaknya kau harus memeriksa foto yang ada di dalam dokumen itu. Baiklah, terserah padamu. Aku akan memberitahumu jika dia telah tiba. Aku sudah berhasil membobol sistem komunikasi salah satu bodyguard yang akan melindungi perempuan itu. ”
“ Maaf aku terlambat, ” Yuri dan Tiffany serentak menoleh ke sumber suara. Orang itu Sooyoung, ia membawa satu koper di tangan kanannya.
“ Kau mendapatkan kabel yang aku butuhkan? ” Tanya Yuri. Sooyoung masih mengatur nafasnya sambil meneguk segelas air putih yang berhasil dia rampas dari Yuri.
“ Aku tidak mendapatkannya. Maaf. Tapi aku pikir kita tidak perlu sampai membobol CCTV gedung itu mengingat ini hanya tahap awal misi. ” Kata Sooyoung yang masih terengah-engah.
“ Sepertinya aku tidak butuh kamera kecil, ” Kata Tiffany saat Sooyoung hendak memasang kamera itu pada Tiffany. Tiffany memasang microphone dan earphone ditelinganya.
“ Aku menyimpan pistol di heels kananmu. ” Sooyoung menunjukan telapak heels yang akan digunakan Tiffany. “ Ini memang kecil, tapi ini berisi peluru yang sangat banyak. aku sudah mengisinya penuh. ”
“ Aku siap. “ Kata Tiffany lantang. Kedua temannya itu menganggukkan kepala mereka dengan mantap.
Tiffany berjalan dan bergegas memasuki mobil yang sudah disiapkan Sooyoung, perempuan tinggi itu akan melakukan penyamaran menjadi seorang supir. Sedangkan Yuri berangkat menggunakan mobil sendiri.
“ Aku mohon. Jangan lakukan apapun tanpa intruksi-ku. Aku akan mengawasimu dari jauh. ” Pesan Yuri sebelum menutup pintu mobil untuk Tiffany.
.
.
Yoona, Seohyun dan Taeyeon menyusuri lorong padat untuk menemukan seseorang yang akan menjadi bintang tamu diacara puncak suatu acara. Bukan hal yang sulit bagi mereka untuk menyusup ke pesta itu. Seohyun yang ahli dalam penyamaran telah merancang semuanya seorang diri denganmembuat anggota membernya menyerupai salah seorang dari EO acara tersebut, lengkap dengan ID card yang sama miripnya dengan EO yang digunakan di acara itu.
“ Maaf noona, kostum anda sudah sampai dan anda harus memeriksanya sendiri. Jika tidak sesuai, kami bisa menukarnya untuk anda ”. Kata Yoona dengan sopan didepan bintang tamu yang sedang duduk santai sendiri dikursi rias.
“ Aku? Bukankan kalian ini profesional dan tidak membutuhkan aku untuk memeriksanya? ”. Sang guest star utama curiga, baru kali ini dia di minta untuk memeriksa perlengkapan yang akan dia kenakannya nanti.
Melihat respon guest star tersebut, Yoona tak kehabisan akal. Ia justru memiliki banyak ide lain di dalam kepalanya.
“ Terjadi kesalahan yang tidak disengaja saat koper anda dikirimkan, noona. Koper anda tertukar dan sepertinya anda harus memeriksa koper anda, apakah ada sesuatu yang hilang atau tidak ”. Untuk menghindari perdebatan yang panjang, akhirnya sang guest star itu menuruti dan mengikuti Yoona.
Setelah sampai di tempat costum, Yoona segera membius sang guest star dengan sapu tangan yang telah dia siapkan sebelumnya. Yoona mengikat guest star itu di salah satu kursi dan menyuntikan sedikit cairan melalui leher agar sang korban tidak sadarkan diri selama beberapa jam dan tidak bisa mengingat kejadian apapun sekitar jam-jam sebelum dia dibius.
Di tempat lain, Taeyeon tengah bersiap-siap untuk menggantikan sang guest star yang telah dilumpuhkan oleh Yoona. Seohyun memasang beberapa alat di tubuh Taeyeon, semuanya itu untuk keberlangsungan misi mereka diantaranya microphone di gigi geraham sebelah kanan, kamera kecil di anting-anting Taeyeon, dan senjata kecil yang Taeyeon simpan di balik bra- nya.
“ Sisa waktu 1 menit lagi ”. Taeyeon dan Seohyun menoleh ke sumber suara dan melemparkan senyum, ketika mengetahui bahwa suara itu berasal dari Yoona. Setelah selesai, Taeyeon mengikuti Yoona menuju backstage untuk memulai sebuah pertujukan.
.
.
Sepasang kaki cantik yang beralaskan sepatu hak tinggi, sengaja di desain oleh desainer sepatu terkenal terlihat menampakkan diri keluar dari limousine putih dengan anggun. Suara riuh yang berasal dari banyak wartawan dan fangirl terdengar sampaike udara walau hanya terlihat kedua kaki yang turun dari mobil itu. Perlahan, seorang perempuan memperlihatkan sedikit demi sedikit tubuhnya disertai dengan senyuman manis yang mampu membius hati siapapun yang melihat senyuman itu. Dengan anggunnya perempuan itu melangkah percaya diri, ini adalah hari penyambutan dirinya tetapi dia memang sengaja menghadiri pesta penyambutannyasecara terlambat. Dia tidak suka berada dikeramaian atau menjadi pusat perhatian. Dia lebih memilih untuk tidur daripada menghadiri rapat penting pemegang saham akhir tahun.
Dari kejauhan, Tiffany mampu melihat perempuan yang menjadi targetnya itu melangkah masuk dan duduk disalah satu kursi VIP sambil menyesap sedikit demi sedikit wine yang berada dalam genggamannya. Tiffany senantiasa memperhatikan semua gerak-gerik perempuan itu tanpa melepaskan pandangannya sedetikpun.
“ Sampai pada di penghujung acara. Penampilan malam hari ini akan ditutup oleh guest star yang memiliki suara paling indah. Kita sambut, Kim Taeyeon ”.
Taeyeon melangkah naik ke atas stage, setelah MC menyebutkan namanya. Ia duduk di depan sebuah grand piano dengan anggun, membiarkan jari jemarinya yang perlahan bergerak memainkan tuts piano. Menyanyikan salah satu lagu ballad dengan suara yang mampu membius para penonton. Set me Free.
Semua penonton mengalihkan pandangan ke arah Taeyeon, mendengarkan suara indah yang Taeyeon miliki, tak terkecuali Tiffany dan Perempuan itu. Tiffany terhanyut dengan suara indah yang dia dengar, sampai-sampai dia lupa dengan tujuannya datang ketempat itu. Sedangkan, Perempuan yang sebelumnya duduk dengan tenang ikut terdiam saat mendengar suara lembut yang berasal dari yeoja mungil di atas stage tersebut.
Setelah lagu yang dibawakan Taeyeon hampir berakhir, perempuan itu menggerakkan salah satu jarinya ke udara. Hingga salah seorang seorang namja berpawakan kekar yang di duga assistantnya menghampiri dan mendekatkan telinganya di dekat bibir perempuan itu.
“ Bisakah kau mempertemukan aku dengan penyanyi itu setelah acara ini? Suruh dia datang ke kamar hotelku ”. Namja itu mengangguk pelan dan kembali ke tempatnya di belakang perempuan itu, seraya menjalankan perintah atasannya.
***
Gemuruh tepuk tangan memenuhi tempat acara penyambutan, bahkan banyak orang yang memberikan stand applause untuk Taeyeon. Respon yang di dapatkan Taeyeon, benar-benar luar biasa. Saking luar biasanya dengan stand applause yang di dapatkan, Taeyeon sampai tak bisa melihat dimana targetnya berada.
Disaat semua orang masih berfokus pada guest star di atas stage, perempuan itu beranjak dari tempatnya dan membisikkan sesuatu pada assistantnya. Tiffany mengerutkan keningnya, ia penasaran dengan apa yang di bisikkan perempuan itu. Tak lama kemudian, perempuan itu melangkahkan kakinya keluar dari tempat acara. Tiffany dengan kedua matanya yang tak pernah lepas dari perempuan itu, bergegas mengikutinya secara diam-diam.
“ Yoong!! Aku tak bisa melihatnya, dimana dia?? “ ucap Taeyeon pelan.
“ Kau sudah mendapatkannya, eonnie.. Taeyeon eonnie jjang!! “. Taeyeon mengerutkan keningnya dan bergegas kembali ke backstage untuk mengembalikan peralatan mic-nya pada petugas logistik. Setelah itu ia menghampiri Yoona yang berdiri membelakanginya, menyenggol lengan perempuan yang lebih muda darinya itu sampai Yoona menoleh ke arahnya.
“ Ohh.. eonnie.. daebakk.. baru saja seseorang memberikan ini padaku. Dia bilang, seorang perempuan ingin bertemu denganmu dikamar ini “. Yoona menyodorkan secarik kertas bertuliskan beberapa nomor yang di duga adalah nomor sebuah kamar hotel.
“ Ahh.. awal yang baik, Yoong. Bagaimana penampilanku, huh? Kau tidak mengomentarinya “. Taeyeon mengerucutkan bibirnya, membuat Yoona tertawa lebar.
“ Kemampuanmu sudah tak diragukan lagi, eonnie. Tentunya kau selalu yang terhebat! “. Yoona memperlihatkan kedua ibu jari tangannya dihadapan Taeyeon, membuat perempuan bertubuh mungil itu terkekeh.
“ Gomawo, Kajja.. aku tak sabar untuk bertemu dengan target kita “. Taeyeon berjalan lebih dulu dihadapan Yoona, senyuman bangga menghias di wajahnya. “ Apa aku bilang, tak ada yang tak masuk ke dalam pesona seorang Kim Taeyeon “ ungkap Taeyeon sambil sekilas melirik ke arah Yoona dan menyeringai dork.
.
.
Ting!!
Suara dentingan terdengar keras, perlahan pintu elevator terbuka dan memperlihatkan perempuan yang bergegas melangkah keluar. Suasana yang begitu hening menimbulkan suara derap langkah kaki perempuan itu menggema disepanjang koridor tersebut. Perempuan itu tersenyum lebar, ia semakin percaya diri hingga tak menyadari bahwa seseorang tengah mengikutinya. Bersembunyi dibalik pilar-pilar besar yang tak jauh darinya, bahkan kedua matanya yang tajam tak sedikit pun teralihkan begitu saja.
Tak lama kemudian, Tiffany yang sebelumnya akan mengikuti perempuan itu terpaksa harus bersembunyi lagi ketika melihat salah satu kamar yang baru saja di lewati perempuan itu terbuka dan menampilkan seorang pelayan hotel yang membawa kereta dorongmakanan. Pelayan itu dengan cepat mendorong keretanya melewati pilar, hingga Tiffany yang tak ingin dirinya diketahui orang menggeser tubuhnya dengan perlahan. Memutari pilar yang menjadi tempatnya bersembunyi. Setelah berhasil mengelabui pelayan hotel, ia bergegas menjalankan aksinya lagi.
Namun ada satu masalah yang membuat Tiffany merutuki dirinya sendiri, sekejap perempuan itu tak terlihat lagi. Perempuan itu begitu cepat menghilang dari pengawasan Tiffany, hal itu membuat Tiffany mengerang frustasi.
“ Sial! Kemana dia pergi! “ umpatnya, “ Yuri! “ panggilnya pelan, “ Apa aku kehilangannya? Katakan sesuatu? “.
“ Ne, aku mendengarmu Fany~ah “. Terdengar helaan nafas dari sosok Yuri di seberang sana, “ Tajamkan pendengaranmu, kupikir perempuan itu masih di dekatmu “.
Tiffany memicingkan matanya, ia mengikuti saran Yuri untuk mempertajam pendengarannya. Hingga tak lama kemudian, Tiffany mendengar suara derap langkah kaki yang mengecil serta bunyi ‘bip’. Tiffany tau, bahwa bunyi itu menandakan bahwa si perempuan gagal men-scan kartu kamarnya sehingga ia tak bisa masuk ke dalam sana.
Tiffany tersenyum tipis, seraya melangkahkan kakinya sampai di ujung koridor. Lalu ia berbelok ke kanan dan menemukan perempuan itu yang kesulitan menggunakan kartu kamar sebagai kunci daripada kamar tersebut.
“ Kau begitu cepat menemukannya, Fany~ah “. Tiffany tersenyum puas atas ucapan Yuri.
“ Permisi, agashi. Kulihat sepertinya kau kesulitan untuk membuka kamarmu. Mungkin aku bisamembantumu? “ tanya Tiffany dengan ekspresi yang begitu tenang. Perempuan itu menoleh ke sumber suara dan melihat telapak tangan Tiffany dihadapannya.
Sesaat perempuan itu terdiam dan memandang dalam kedua mata Tiffany, mencoba menyakinkan dirinya bahwa yeoja dihadapannya itu memang memiliki niat baik. Hingga tanpa Tiffany sadari di dalam soflens yang digunakan perempuan itu, terdapat sebuah alat scan disana. Sampai terdengar suara success ditelinga perempuan itu, ia bergegas menanggapi ucapan Tiffany.
“ O-ohh.. tentu, terimakasih karna telah menolongku “. Perempuan itu memberikan kartu kamarnya pada Tiffany dan dengan cepat, Tiffany men-scan kartu itu hingga pintu kamar pun terbuka.
“ Silahkan, kau sudah bisa masuk sekarang “. Tiffany mempersilahkan perempuan itu masuk, setelah ia memberikan kartu kamarnya dan tersenyum manis. Ani, lebih tepatnya terpaksa tersenyum manis.
CHU’
Tanpa permisi, perempuan itu mengecup lembut bibir Tiffany membuat perempuan dingin itu terdiam dan melakukan sumpah serapah dalam batinnya. Ingin rasanya Tiffany membunuh perempuan dihadapannya itu karna telah mencuri ciumannya begitu saja. Tetapi, ia sadar bahwa Tiffany belum mendapatkan informasi apapun tentang targetnya.
“ Terimakasih “ ucapnya sambil tersipu, “ Karna kau telah menolongku, bagaimana jika aku undang kau untuk minum teh bersama? Hanya sebentar.. “. Tiffany sedikit menaikkan salah satu alisnya, tidakkah ini terlalu mudah baginya, pikir Tiffany.
“ Haruskah? Bahkan kita bar–.. “. Belum Tiffany menyelesaikan kata-katanya, ia sudah di tarik masuk ke dalam kamar oleh perempuan itu. Perlakuan perempuan itu yang menarik Tiffany cukup keras, hampir membuat Tiffany kehilangan keseimbangannya. Melihat Tiffany seperti itu, membuat si perempuan terkikik.
“ Duduklah, aku akan membuatkan minuman terlebih dahulu untukmu. “. Tiffany duduk di sofa, seraya memandang punggung perempuan itu yang perlahan menjauh darinya.
“ Wow.. tidakkah dia terlalu agresif, Fany~ ah? “. Tiffany bergegas mengalihkan pandangannya ke arah lain, mencoba untuk memfokuskan pada dua hal. Ucapan Yuri dan juga cara pandang perempuan yang menjadi targetnya.
“ Hmm, dia masih melihat ke arahku “ gumam Tiffany pelan, “ Kau yakin, ini target kita? Bisakah kau memeriksanya lagi? Khah.. rasanya sedikit aneh “ lanjutnya
“ Arrasseo, aku akan memeriksanya lagi. Sementara ini, ikuti saja kemana dia membawamu “. Tiffany mengangguk pelan, seraya menyidekapkan kedua tangan di depan dadanya.
Si perempuan sekilas melirik ke arah Tiffany dan mendapatkan balasan senyuman manis dari gadis yang baru dikenalnya beberapa menit yang lalu. Si perempuan semakin dalam masuk ke dalam kamar yang terlihat seperti arsitektur apartment itu hingga menemukan sebuah pantry kecil disana. Ia bergegas membuka beberapa lemari dan menemukan tea siap saji, lalu ia menyeduhnya ditambah dengan sebuah gula di dalamnya sambil menyeringai bahagia.
“ Apa yang kau tertawakan, Park Minyoung? “. Perempuan itu terkekeh, saat suara seseorang terdengar dari microphone kecil yang terpasang ditelinganya.
“ Tidakkah ia gadis yang cantik? Selain itu, terus terang auranya pun benar-benar membuatku terpukau “. Perempuan itu kembali terkikik sambil mengaduk tea yang dibuatnya khusus untuk Tiffany, “ Ahh.. jangan bilang kau juga terpesona dengannya sampai kau begitu cepat mengatakan kata ‘success’ “.
“ Jangan mengada-ngada, suara itu berasal dari pencocokkan scan mata “
“ Ahaha.. arrasseo, jadi.. apa kau sudah mengetahui siapa gadis itu? “
“ Ne, aku sudah mendapatkan informasinya. Nama gadis itu Tiffany Hwang, dia bekerja untuk Javana Agent. Prestasinya cukup baik, ia menjadi andalan Agentnya “
“ Baiklah, aku sudah selesai membuatkannya tea. Aku harus segera menghampirinya, ia bisa saja curiga padaku “
“ Semoga berhasil, i’m watching you! “
Tak lama kemudian, perempuan itu kembali menghampiri Tiffany yang terlihat sibuk dengan pikirannya hingga tak menyadari bahwa targetnya sudah duduk disampingnya. Menyodorkan secangkir tea yang manis, siap untuk diteguknya.
“ Ini.. “. Tiffany menoleh dan sedikit terlonjak karna terkejut, lalu bergegas menerima secangkir tea itu.
“ Terimakasih “. Sedetik kemudian, kedua dari mereka saling berpandangan cukup lama. Entahlah, seharusnya disaat keadaan seperti itu Tiffany mampu sedikitnya membaca pikiran perempuan dihadapannya. Tetapi, mendadak ia tak bisa melihatnya. Hingga akhirnya, Tiffany menyadari ada sesuatu yang ganjal—bersamaan dengan itu, Yuri kembali mengeluarkan suaranya.
“ Fany~ah.. “ panggil Yuri dengan nada suaranya yang berhasil membuat Tiffany mengerutkan keningnya dalam. Sambil mencoba mendengarkan apa yang akan Yuri katakan, Tiffany juga mencoba membaca bahasa tubuh perempuan itu.
“ Apa ada yang ingin kau tanyakan? “ tanya Tiffany pada perempuan itu
“ O-ohh.. aku tak tau namamu “ jawabnya. Tiffany tersenyum dan menyimpan cangkir tea yang sama sekali belum di cicipinya ke atas meja.
“ Kau bisa memanggilku, Tiffany. Bagaimana dengan k–.. “
“ Tiffany!! keluar dari kamar itu sekarang! Dia bukan target kita! “
“ Mwo?? “
“ Ne? “. Minyoung merespon ucapan Tiffany yang begitu spontan itu.
“ H-huh?? Ani.. ani.. a-aku pikir, aku melupakan sesuatu. Aku harus pergi, seseorang menungguku “. Tiffany beralasan. Ia bergegas beranjak dari tempatnya namun, Minyoung menahannya.
“ Kita bahkan belum berbincang-bincang, Tiffany “. Tiffany terdiam memandangnya, di dalam pikirannya—ia tengah berusaha memutar otaknya untuk mencari cara agar bisa keluar dari kamar tersebut. “ Setidaknya, kau harus meninggalkan sedikit kenangan untuk kita berdua. Buatlah aku memanggil namamu saat di atas tempat tidur nanti “
Deg’
“ Gila! Ini benar-benar gila! “ batin Tiffany. Tiffany tersenyum canggung dihadapan perempuan itu. ia mencoba melepaskan tangan yang masih begitu kuat menahannya untuk tetap tinggal disisinya. Demi tuhan, Tiffany sama sekali tak ingin sesuatu yang tak pernah terbayangkan olehnya terjadi begitu saja. Semua ini diluar dugaannya, bagaimana Yuri dan juga Sooyoung tidak begitu teliti dalam misi kali ini, pikirnya.
Perlahan tangan perempuan itu bergerak naik ke atas lengan Tiffany, menyusuri tiap inci kulit lembut perempuan dihadapannya itu. Tiffany yang masih terdiam di posisinya kesulitan untuk menelan ludahnya sendiri, well.. perempuan dihadapannya itu memang sangat cantik. Tetapi bagi Tiffany, cantik itu relatif. Semua perempuan tak ada yang tidak cantik, mereka semua memiliki porsi kecantikannya masing-masing.
“ Jebal, temani aku malam ini “ bisiknya seduktif ditelinga Tiffany. Kini giliran Yuri yang kesulitan menelan ludahnya saat mendengar suara menggoda dari perempuan itu.
“ F-fany.. k-kau mendengarku kan? K-kau harus keluar dari sana, Sooyoung sudah menunggumu dillobby “
Tiffany memejamkan matanya, ia memang mendengar ucapan Yuri tapi ia masih kesulitan untuk mencari cara keluar dari sana. Tatapan perempuan itu benar-benar penuh dengan balas kasihan. Sekeras apapun sifat Tiffany yang mampu mengimbangi malaikat pencabut nyawa, ia masih memiliki sifat dan hati layaknya bidadari. Tak lama kemudian, Tiffany membuka matanya dan wajah perempuan itu tinggal berjarak beberapa centimeter lagi dari wajahnya.
“ Siapa namamu? “ tanya Tiffany
“ Minyoung, Park Minyoung “ jawabnya sambil tersipu. Detik selanjutnya, perempuan itu mencium bibir Tiffany yang kedua kalinya. Ia tersenyum, saat Tiffany tak menolak ciumannya. Tak dapat dipungkiri, ciuman itu adalah ciuman yang cukup manis selama Tiffany mendapatkannya dari beberapa target di dalam misi sebelumnya. Tapi Tiffany tak akan pernah tergoda dengan itu semua, sehingga dengan cepat Tiffany mendorong tubuh perempuan itu.
“ Aku benar-benar minta maaf, aku harus pergi. Seseorang sudah menungguku “. Tiffany melangkahkan kakinya meninggalkan perempuan itu yang berteriak memanggil namanya. Ia juga mencoba mengejar Tiffany, tetapi sekuat tenaga Tiffany mempercepat langkahnya keluar dari kamar tersebut.
“ Yuri, Sooyoung.. kita harus bicara! “ umpat Tiffany kesal
“ Tiffany!! Yah!! “ panggil Minyoung di ambang pintu kamar hotelnya, merasa di abaikan Tiffany—ia mengerang frustasi sambil menendang pintu kamarnya.
Tiffany berdiri di dalam lift, ia menghitung angka mundur sampai di detik ke-1—pintu lift itu pun berhenti di lantai dasar dan terbuka untuknya. Saat ia akan keluar dari lift, seseorang menabrak tubuhnya hingga keduanya hilang keseimbangan dan sama-sama terjatuh ke lantai.
“ O-ohh.. miannata “. Orang itu bergegas berdiri dan membungkukkan sedikit tubuhnya, sedangkan Tiffany hanya memandangnya dingin. Mencoba beranjak dengan gerakan slow motion.
“ Lain kali perhatikan jalan dihadapanmu “ celetuk Tiffany yang kemudian, melangkah pergi dari hadapan orang itu.
“ Ada apa dengan orang itu? “ gumamnya bingung, lalu orang itu bergegas masuk ke dalam lift yang akan membawanya ke suatu tujuan.
.
.
Suara dentingan berbunyi, bersamaan dengan pintu elevator yang terbuka untuk Taeyeon. Perempuan itu bergegas keluar dari sana dan berjalan menyusuri koridor hotel tersebut.
“ Yoong, kau mendengarku? “ ucapnya pelan sambil memainkan secarik kertas ditangannya.
“ Ne, aku mendengarmu eonnie “. Taeyeon menganggukkan kepalanya dan menghela nafas. “ Kau nervous, eonnie? Wae?? Apa karna targetmu ini sangat cantik? “. Taeyeon mendengus, saat Yoona mengetahui kegugupannya akan wanita cantik yang akan dihadapinya.
“ Seperti inilah sosok seorang Kim Taeyeon yang memiliki seribu pesonanya? Ckck.. “.
“ Berhenti menggodaku, Yoong. Aku sudah sampai di depan kamarnya “. Taeyeon berdiri di depan sebuah kamar dengan nomor yang sudah dihafalnya, ia menekan sebuah tombol kecil di samping pintu kamar tersebut hingga menimbulkan suara ‘bip’.
Tak lama kemudian, pintu dihadapannya itu terbuka. Bagi Taeyeon, itu sangat lah aneh. Karna biasanya seseorang akan menanyakan siapa orang yang berada diluar melalui intercom-nya, tetapi yang terjadi hanya sebuah pintu yang langsung terbuka untuknya. Mungkin seseorang memang sudah menanti kedatangannya, pikirnya sambil tersenyum.
Taeyeon bergegas membuka pintu kamar itu dan masuk ke dalam. Hingga ia menemukan seorang perempuan yang tengah bersantai di depan televisi yang menyala. Taeyeon mengerutkan keningnya. Ia pikir perempuan itu tak menyadari kehadirannya, terbukti—perempuan itu terlihat asyik dengan channel televisi dihadapannya.
“ Nugusseyo? Apa kau mengenalku? “. Taeyeon tersadar dari pikirannya, saat perempuan itu menaruh perhatian padanya. Bahkan kini Taeyeon membelalakkan matanya, pasalnya perempuan itu bukan orang asing lagi baginya. Perempuan itu adalah teman dekatnya saat mereka berada di sekolah menengah atas.
“ J-j-jessica?? “
Taeyeon duduk canggung di depan televisi, saat Jessica baru saja kembali dari pantry dengan membawakan sebuah minuman untuk tamu yang tak pernah disangka-sangka sebelumnya. Lalu, perempuan itu duduk disamping Taeyeon sambil terkekeh.
“ Jadi kau salah masuk kamar? Pantas saja, aku bingung saat melihat seseorang yang sudah berada didalam kamarku “. Jessica mengambil secarik kertas dari tangan Taeyeon, lalu memandang perempuan yang sudah lama tak ia jumpai lagi setelah acara kelulusan sekolah mereka. Taeyeon tersipu malu lalu, menggaruk kepala belakangnya yang sama sekali tak gatal.
“ Maaf karna telah mengganggu waktumu, sebenarnya aku bisa saja keluar saat itu juga. Tapi kau malah menahanku “ tukasnya, membuat Jessica mengerutkan keningnya.
“ Tentu saja aku menahanmu, bagaimana kau bisa pergi begitu saja setelah melihat teman dekatmu ini. Hey.. Taeyeon~ah, kau tidak melupakanku kan? “. Jessica mendekatkan wajahnya di hadapan Taeyeon, memandang kedua mata perempuan mungil dihadapannya itu sambil tersenyum manis. Taeyeon gugup, ia merasa tersengat lebah yang sangat besar dikepalanya.
“ Eonnie.. “ panggil Yoona, “ Apa kau melakukan misi kita ini dengan baik, eoh? Katakan sesuatu, mengapa sunyi sekali disana “
“ Ehem Yoona, ahh.. maksudku Sica “
“ Ne? Kau memanggilku? “ tanya Jessica dan Yoona serempak, membuat Taeyeon bingung harus menjawab apa.
“ Ne, kau.. Sica.. “
“ Mwo? Sica?? Jadi nama target kita Sica? Aku pikir, nama target kita bukan itu eonnie “ gumam Yoona polos.
Taeyeon ingin sekali mendorong kepala perempuan yang lebih muda darinya itu saat bertemu nanti, karna menganggap bahwa Jessica adalah target mereka. Padahal, ia hanya salah kamar saja dan membuat rencana misi mereka berantakan.
“ Ehem.. Sica sahabatku “ ucap Taeyeon cepat. Jessica terdiam dan semakin mengerutkan keningnya dalam.
“ Jadi kau bertemu sahabatmu?? Bagaimana dengan target kita, eonnie!? Yah!! “
“ Ne, aku memang sahabatmu, Taeng. Waegeraeu?? “ tanya Jessica bingung, Taeyeon menyeringai dan kembali terserang kegugupan yang sangat hebat.
“ I-itu.. sepertinya aku tak bisa lama-lama berada disini. Aku harus menemui temanku dikamar itu “. Taeyeon menunjuk secarik kertas yang berada di dalam genggaman Jessica.
“ Begitukah? Padahal aku ingin sekali bernostalgia denganmu. Aku ingin membicarakan masa lalu kita saat di sekolah waktu itu “ ungkap Jessica yang kemudian, mengerucutkan bibirnya membuat Taeyeon tanpa disadari tersenyum manis. “ Setidaknya, habiskan dulu tea hangat ini “. Jessica mengambil secangkir tea dari atas meja dan menyodorkannya dihadapan Taeyeon.
Dengan senang hati, Taeyeon menerima dan meneguknya hampir setengahnya. Taeyeon baru sadar, bahwa ia belum meneguk minuman apapun yang melewati kerongkongannya. “ Gomawo, kupastikan kita akan bertemu lagi. Kau bisa menghubungiku nanti “. Taeyeon menyodorkan sebuah kartu nama pada Jessica.
***
Plakk!
“ Bagaimana kau bisa salah kamar, eoh!? “. Sunny berteriak di depan wajah Tiffany yang baru saja mendapatkan tamparan keras di wajah cantiknya itu.
Tiffany hanya bisa menahan emosinya yang sewaktu-waktu bisa meledak begitu saja, kedua tangannya mengepal kuat. Matanya yang sebelumnya terpejam, kini terbuka dengan sempurna. Memperlihatkan tatapan tajam yang menusuk, hingga ke relung hati yang paling dalam.
“ Seharusnya kau memeriksa kembali apa yang akan kau lakukan di esok hari, lihat akibatnya jika kau terlalu mempercayai sesama member di Agent-mu! “. Sunny melemparkan selembaran kertas ke atas meja, memperlihatkan dua orang perempuan yang terlihat akrab disana. “ Seseorang sudah berada selangkah dihadapanmu, nona Hwang. Kau kalah cepat dengannya! “.
Tiffany mengerutkan keningnya melihat gambar di selembar kertas tersebut. Rasanya ia pernah melihat orang yang sedang bersama targetnya itu. Disaat Sunny merancau bebas, memberikan wejangan dan ceramah lainnya—pikiran perempuan itu justru melayang entah kemana. Sampai Tiffany tersadar pada insiden, dimana ia baru saja keluar dari elevator hotel tersebut. Seseorang menabrak tubuhnya dan orang itu adalah dia.
“ Pokoknya, aku tak mau tau. Secepatnya, misimu harus berhasil. Mendapatkan masa depan yang baik, atau tidak sama sekali! “. Sunny bergegas meninggalkan Tiffany seorang diri di dalam sebuah ruangan yang cukup gelap dan lembab.
Tiffany memutuskan untuk duduk sambil terus menatap selembaran kertas itu, kedua perempuan itu terlihat akrab. Keakraban itu mungkin memang salah satu senjatanya untuk bisa dekat dengan si target, berbeda dengan Tiffany. Memberikan senyuman manis sedikit saja, benar-benar sangat sulit dan tak ikhlas sama sekali. Sedikit demi sedikit, Tiffany mengevaluasi tindakannya hari ini—seperti tentang salah satu target sebenarnya yang memiliki rambut berwarna coklat, bukan rambut berwarna hitam yang sebelumnya ia temui.
Tak lama kemudian, pintu ruangan itu terbuka dan memperlihatkan kedua rekannya yang masuk ke sana dengan langkah hati-hati. Kedua rekannya itu terlihat ketakutan, bagai masuk ke dalam kandang singa saat melihat Tiffany duduk membelakangi mereka. Tiffany menghela nafas dan menggebrak meja dihadapanya itu, membuat Yuri dan Sooyoung terlonjak kaget.
“ Cari tau orang itu! “ ucap Tiffany, seraya memejamkan matanya sambil menyidekapkan kedua tangan di dadanya. Mencoba untuk bersikap lebih tenang, padahal jauh di lubuk hatinya. Ia sangat kesal, karna rupanya seseorang sudah berada selangkah dihadapannya. Ia juga berfikir untuk menyusun strategi terbaik, agar rencananya nanti akan berjalan lancar.
“ A-arrasseo.. jeongmal mianhae, Fany~ah “ ungkap Yuri yang kini duduk disamping Tiffany
“ Mani appo? “. Sooyoung mencoba menyentuh luka memar di pipi kanan Tiffany karna ulah atasan mereka, namun dengan cepat Tiffany menangkisnya dan menatap tajam perempuan yang begitu maniak dengan sebuah makanan itu.
Mendapatkan death glare yang sangat menyeramkan, membuat Sooyoung bergidik ngeri dan memilih untuk diam seribu bahasa. Jika ia berucap sekata lagi saja, sudah bisa ia pastikan. Masa depannya akan berakhir dibalik batu nisan yang sudah tak berbentuk lagi.
TBC
