Title : S. K. Y [1]
Author: Fasya & Riyukarina
Genre: Gender Bender, Romance, Tragedy, etc.
Note : cerita ini bergenre gender bender. Ini hanya untuk hiburan semata, bagi yang tidak menyukainya.. silahkan tinggalkan ff ini dan diharapkan jika ingin copy paste, silahkan disertai pula dengan nama authornya. Saling menghargai yaa dan please, dont keep silent!! XD
***
Di kesunyian yang aku rasakan, seolah dunia berhenti berputar. Hampa dan hampir membuat bulu kudukku bergidik. Hingga sebuah sinar menyilaukan pandanganku yang seolah rentan akan cahaya yang begitu terang, sampai akhirnya—disinilah aku. Berdiri di antara dedaunan kering yang jatuh berguguran dengan warna yang telah kusam, beterbangan karena diterpa angin yang sama sekali tak bisa kurasakan kesejukkan didalamnya. Asing dan sangat aneh.
Satu kata yang kutau dimana aku berada, sebuah tempat yang tak pernah terjamah oleh orang-orang dimuka bumi. Jangan berpikir, jika aku berada di planet lain karena semua itu tak mungkin. Udara yang terasa hampa ini masih bisa kuhirup dalam-dalam meskipun terasa aneh karena aku tak mampu merasakan kesejukkan didalamnya seperti saat aku hidup dihari kemarin. Apa aku mati? Tidak mungkin, aku rasa—aku tak mati rasa. Aku masih bisa bernafas dengan baik. Apa inikah perbedaan antara daerah lingkunganku dengan hutan?
Ya.. disinilah aku, disebuah hutan seorang diri. Tak ada keramaian yang sering kudengar setiap hari, tak ada sapaan lembut dari sang kekasih, tak ada udara kesejukkan nan damai disini. Aku benar-benar seorang diri. Siapakah gerangan yang membawaku kemari? Aku tak mungkin pergi ke sini sendiri, aku sangat anti pergi ke daerah seperti ini. Aku lebih memilih pergi ke club malam dibanding pergi hiking bersama sang kekasih dan sahabatnya. I hate it.
Tanpa sadar, otakku memberikan perintah ke seluruh organ tubuhku untuk bergerak. Aku bergerak, namun langkahku membawa tubuhku untuk semakin masuk ke dalam hutan—bukan untuk mencari jalan pulang. Tetapi untuk mengikuti rasa penasaranku akan hutan asing ini. Aku bahkan tidak memikirkan apa yang akan terjadi, jika aku tetap berjalan masuk semakin dalam ke hutan ini. Bagaimana jika sewaktu-waktu ada ular python atau bahkan ular cobra yang bisa membunuhku dengan cepat? Atau bagaimana jika seekor harimau bahkan babi hutan menerjangku dan memakanku hidup-hidup? Tidakkah itu tindakan yang bodoh? Kupikir itu tidak bodoh, hanya nekat.
Semakin lama aku berjalan, namun aku tak kunjung menemukan sesuatu yang setidaknya mampu ku ketahui. Aku jadi ragu, benarkah ini bumiku? Bumi yang terdapat banyak anak manusia dan berbagai makhluk hidup lainnya yang lebih cantik daripada permukaan bumi yang selalu disorot oleh media-media berita dipagi hari dan malam hari melalui satelit ruang angkasa.
Tak lama kemudian, aku menghentikan langkahku saat mendengar sesuatu. Suara derap langkah yang terdengar dibelakangku, namun saat aku berhenti melangkah—suara itu tak terdengar lagi. Kucoba untuk menoleh ke belakang, namun aku tak menemukan apapun disana. Sedetik kemudian, aku memutuskan untuk kembali berjalan dan suara itu terdengar lagi. Semakin jelas, jelas dan aku bergegas berlari sekuat tenaga. Mencoba melarikan diri dari suara itu, tetapi sekali lagi—suara itu benar-benar semakin dekat ditelingaku.
Hingga kurasakan tubuhku terdorong ke depan. Sangat keras, setidaknya setelah aku sadar—aku telah menangkup di atas tanah. Nafasku memburu dan tersenggal-senggal, bulu kudukku semakin berdiri dan aku merasa sangat takut sekarang. Bau anyir kurasakan disekitar bibirku, rasa yang aneh saat lidahku membasahi permukaan bibirku ini. Hingga aku tersadar, bahwa bau anyir itu adalah darah segar yang berasal dari bibirku yang sobek akibat tergigit oleh diriku sendiri. Ohh.. sungguh kekanak-kanakkan sekali, terjatuh dengan bibir yang berdarah akibat tergigit dirinya sendiri.
Aku bergegas membalikkan tubuhku untuk melihat siapa orang yang berada di atasku. Namun, tak ada tanda-tanda kehidupan disana. Justru aku terlihat seperti seseorang yang tengah menikmati awan hitam nan kelabu sambil berbaring ditanah. Menyedihkan. Hingga tak lama kemudian, pandanganku kembali tersilaukan oleh cahaya putih yang benar-benar tak mampu kupandangi. Sinar itu melebihi sinar lampu sekian watt yang biasa digunakan kekasihku untuk menyinari apartmentnya yang mewah.
Sampai aku menyadari, bahwa ada sesuatu yang sangat besar terjun bebas di atasku dan aku terlonjak bersama dengan rasa kedua mataku yang seolah akan keluar dari tempatnya. Membelalak dengan nafas yang tercekat. Sebuah batu besar mendarat keras di atas tubuhku. Aku mencoba untuk berteriak meminta tolong, atau setidaknya mencoba untuk tetap bertahan hidup dengan meraih-raih udara. Namun, semua sia-sia—tak ada yang mendengarku, tak ada yang menolongku. Hingga kurasakan, aku tak mampu lagi bernafas di dalam keadaan sekarat ini. Inilah akhir hidupku? Mati konyol di tempat sesunyi ini.
Brukk
“ Khaah.. khaah.. “. Aku terlonjak bangun dari tidurku. Bagaikan habis tenggelam hingga ke dasar laut dan saat aku kembali kepermukaan, aku membutuhkan asupan oksigen yang lebih banyak lagi. Nafasku tersenggal-senggal, bahkan kurasakan keringat mengalir deras diseluruh tubuhku. Kupandangi sisi tempat tidurku yang sudah kosong dan hanya meninggalkan sebecak merah diseprai putih. Darah.
Entahlah, melihat sebercak darah disana membuatku tersenyum. Darah itu berasal dari selaput dara seseorang yang sobek karena ulahku semalam. Memuaskan, hingga aku lupa akan mimpi aneh yang datang tanpa di undang dalam tidurku sebelumnya. Kusingkirkan selimut tebal yang menutupi tubuh polosku dan aku beranjak dari sana untuk masuk ke dalam kamar mandi. Membersihkan sebagian mani yang tersisa diselangkanganku.
Tak membutuhkan banyak waktu seperti kekasihku untuk aku mandi, kini aku sudah berdiri di depan almari. Mengambil satu set pakaian dalam serta pakaian casual dengan berbagai brand terkenal yang selalu tersedia di dalam sana. Menyenangkan bukan? Tentu! Siapa yang tak suka diperlakukan bak raja, saat aku berada disamping kekasihku. Tanpa kukatakan apa yang kuinginkan, dia selalu selangkah di depanku. Mewujudkan seluruh keinginanku dengan sangat manis.
Kuputuskan untuk keluar dari kamar dan berjalan menghampiri kekasihku yang tengah duduk dikursi makan, rupanya ia sedang asyik dengan berita harian di kedua tangannya hingga ia tak memandangku yang kini sudah duduk dihadapannya.
“ Kau sudah bangun, Taetae.. good morning “. Dengan aksen inggrisnya yang sangat menggemaskan, ia menyingkirkan berita harian itu dari pandangannya. Melipatnya dengan sangat rapi dan menyimpannya di atas meja.
Kulihat, ia menyidekapkan kedua tangannya di atas meja. Memandangku dengan senyuman yang membuat kedua matanya hampir menghilang dari paras cantiknya. Selalu menggoda dan membuatku harus menahan hasrat ingin memperkosanya selama 24 jam.
Dengan senyuman yang mengembang diwajahku, kucoba untuk memulai perbincangan ringan saat melihat hidangan yang lezat tersimpan dihadapanku. “ Kau memasak ini sendirian? Terlihat sangat lezat “ ucapku, seraya bergegas mengambil sendok dan garpu untuk kucicipi. Kupastikan, moodnya pagi ini pasti meningkat jauh diluar dugaanku.
“ Ahjumma yang membuatkan semua sarapan ini “ ungkapnya. Aku menghentikan lahapanku ditengah-tengah dan memandangnya tak percaya. Sedetik kemudian, ia menepuk kedua tangannya dan tertawa. “ Ekspresimu itu sangat lucu, Tae~… “. Ia beranjak dari tempatnya, membungkukkan tubuhnya ke depan hingga aku mampu menghirup harum tubuhnya yang sangat menggoda. Tak hanya itu, aku bahkan mampu melihat bukit kembar dibalik bathrobe yang digunakannya. Aku merasa ingin bernostalgia kembali, seperti apa yang kulakukan semalam dengan kedua dadanya itu.
Satu kecupan manis mendarat dibibirku, “ Morning kiss, baby “. Bisiknya, Ia kembali tersenyum manis dan kubalas senyuman itu dengan senyuman terbaik yang kumiliki. Tak lama kemudian, ia kembali mendaratkan bibirnya dibibirku. Kali ini bukan ciuman singkat yang aku dapatkan, melainkan bibirnya yang tetap pada posisi yang sama dibibirku hingga bisa kurasakan rasa hangat nan lembab bergerak dipermukaan bibirku. Sebuah benda lunak tak bertulang yang dinamakan, Lidah.
Lidahnya bergerak perlahan, hingga berhasil membuatku mendesah tertahan jika aku tak mampu menahan hasrat ingin mendesah. Ia tak membawa lidahnya masuk ke dalam rongga mulutku. Tetapi, lidahnya hanya menyusuri permukaan bibir dan mulutku. Lidahnya bagaikan salah satu tangannya yang terbiasa membersihkan sebagian makanan yang berantakan disekeliling bibirku. Setelah itu, ia kembali duduk dikursinya dan memandangku—lagi.
“ Cara makanmu sangat lucu, Taetae.. tak pernah berubah “ ungkapnya, bersamaan dengan aku yang kembali melahap sarapanku tanpa mengalihkan pandangan darinya. Terus terang, pikiranku masih terhanyut dalam kelembutan lidahnya yang menyusuri bibirku sebelumnya. “ Ahh.. aku sudah membaca laporanmu. Dan hari ini aku akan pergi ke Jepang untuk meeting, apa yang akan kau lakukan hari ini, Vice President? Kau ingin aku membawakan buah tangan apa untukmu nanti? “
Aku terdiam untuk memikirkan buah tangan apa yang ingin aku dapatkan darinya, karena bagiku buah tangan khas Jepang sudah banyak aku dapatkan tiap kekasihku pergi kesana hanya untuk sekedar memeriksa perusahaannya.
“ Bagaimana jika kubelikan sebuah mobil sport limited edition dari mercedez benz cukup untukmu, sayang? “. Sekejap, mataku berbinar saat ia menyinggung hal-hal otomotif di depanku. Mobil! Salah satu barang yang kujadikan sebagai hobby dalam mengumpulkan mobil-mobil mewah di dalam beberapa garage di rumahnya yang sangat luas. Aku benar-benar sangat menggilai mobil mewah yang mengocek harga triliunan won/ item kendaraan. See.. dia sangat memahamiku.
Aku beranjak dari tempatku, lalu berlari kecil hingga duduk disampingnya. Ia terlihat bingung dengan apa yang kulakukan sekarang, hingga akhirnya mata kami bertemu—ia tersenyum manis—lagi.
“ Wae? “
“ Gomawoeo~… “. Aku memeluknya gemas, kudengar ia terkikik dan membalas pelukanku. Mengelus punggungku lembut, lalu kubalas belaian itu dengan kecupan kecil dibahunya dengan aroma tubuh yang menggoda tentunya.
“ Bekerjalah dengan giat, bantu aku memanage perusahaan keluargaku. Hanya kau dan Mr. Kim yang bisa kupercaya “ ungkapnya, setelah kami melepaskan pelukan. Aku mengangguk mantap dan menyeringai lebar, kupikir tak hanya moodnya saja yang naik. Kini, moodku jauh lebih baik dari apa yang kubayangkan sebelumnya.
“ Serahkan padaku, Ppany~ah. Saranghae.. “
“ Nado saranghae, Taetae.. “. Ku kecup bibirnya yang beraroma strawberry itu, bahkan aku melumatnya dengan lembut hingga ia membalas perlakuanku tak kalah lembutnya. Aku ingin mengucapkan terimakasih padanya tak hanya lewat ucapan semata, aku ingin memberikan yang lebih untuknya. Aku sangat mencintainya, sungguh mencintainya. Tiffany Hwang.
Terus terang tak sedikit orang mengjudge-ku yang tidak-tidak. Mereka bilang aku adalah benalu, dimana aku hidup dengan harta kekasihku yang sangat berlimpah. Aku disebut-sebut pria matrealistis yang pecundang dan hanya bisa bersembunyi diketiak kekasihku sendiri.
Yeah.. aku memang hanya seorang anak dari sekretaris keluarga Hwang. Pria yang mengabdikan hidupnya sejak dulu masih perjaka hingga sekarang. Dan keberadaanku disini adalah untuk membantunya, aku ikut mengabdikan kesetiaannya untuk putri Hwang. Seorang yeoja malang yang berlimpah harta dan hidup sebatang kara. Hatinya sangat miskin, miskin akan kasih sayang. Kami adalah sepasang kekasih dan ia mengangkatku menjadi seorang Vice President diperusahaan pusatnya.
Sudah jelas aku tidak akan pernah bisa memberinya materi yang lebih dari yang ia dapatkan sendiri, tapi ada satu hal yang aku punya, yaitu cinta… kasih dan sayang…. sepenuhnya aku serahkan kepadanya, sungguh…. aku beruntung bisa diberi kesempatan oleh Tuhan untuk hidup bersamanya. Akan kuberikan seluruh hidupku hanya untuknya. Biarkan orang-orang membuat berita dan cerita yang tidak-tidak, yang terpenting adalah Tiffany tahu, siapa aku dan bagaimana aku.
“ Taetae~…. ”. kudengar suara husky-nya yang terdengar manis ditelingaku, suaranya adalah salah satu favoritku. Dia selalu menggodaku dengan suara itu.
“ Hmm… ”. Aku masih membelai pipinya yang halus, lalu mendaratkan kecupan ringan disana.
“ Geumanhae… nanti kau terlambat… ”
“ Aahh… kau menolakku dengan halus sekali… ”. Aku pura-pura merajuk.
“ Haha… bukan seperti itu, sayang~… ”
“ Arra…arra… ”. Aku beranjak dari tempatku untuk meninggalkannya, tapi dia mengikutiku dan tiba-tiba naik ke punggungku. “ Ya…yaa…yaa… gadis nakal… bagaimana kalau kau jatuh…iishh–.. ”. Aku menurunkannya dengan melepaskan kedua tangan yang melingkari leherku, lalu membalikkan tubuhku sehingga kami saling berhadapan.
“ Hehehe… aku takut kau marah… ”. Aku terkekeh mendengar rajukannya.
“ Aku tidak bisa marah padamu, Sayang~… dan kau pun tau itu. ” Dia tersenyum manis kembali kepadaku
“Gomawo…Taetae~… kau adalah oksigenku, aku tak tahu bagaimana hidupku tanpamu…”. So cheesy. Dia memelukku dengan sangat erat dan ini membuatku hangat disaat cuaca diluar begitu dingin pagi ini.
“ Arrasseo, Fany~ahh… tak usah mengucapkan terimakasih terus…” Aku menunduk dan meraih pahanya, menggendongnya dengan hati-hati. “ Kyyaaaaa… ”. dia menjerit karena terkejut akan aksiku yang tiba-tiba menggendongnya.
“ Hahhahaa… ”
“ Iishh… ”
Masih sambil menggendongnya, aku berjalan menuju kamar. Bersiap-siap untuk jadwal yang padat hari ini. Ya.. seperti yang dikatakan kekasihku, hari ini aku akan fokus di Seoul dengan beberapa meeting bersama banyak kolega, sedangkan dia akan terbang ke Jepang.
Sudah hal yang lumrah untukku melihatnya berganti baju di satu kamar seperti ini, kita sudah seperti suami istri. Tapi aku belum berani mengajaknya untuk terikat dalam satu tali perkawinan. Aku masih merasa tak pantas untuknya karena bagaimanapun juga dia adalah seorang Princess dan aku hanya seorang servant yang selalu ada untuk menjaganya, bukan untuk bersanding dengannya.
“ Tae~…kau melamun lagi? ”
“ Ahh…tidak…aku hanya sedang menikmati pemandangan indah di hadapanku ini.. ”. Aku menyeringai. Dia bilang aku akan menyeringai byun ketika melihat sesuatu yang menarik hati tentang sebuah tubuh dan seringaianku ini pasti akan dia sebut~..
“ Iiisshh…byuntae!!… ”. See.. Byuntae in action!
“ Hahahhaa… sini biar aku bantu… ”. Aku mengambil sebuah botol yang diduga sebuah handbody dari tangannya, dan mengeluarkan cairan yang kental nan wangi itu ditelapak tanganku. Kubaluri cairan kental itu ke tangan kirinya, lalu beralih ke tangan kanannya dengan lembut. Kulitnya sangat licin dan lembut.
“ Tae~….jangan mengambil kesempatan dalam kesempitan.. ”. Tukasnya saat tanganku memijit buttnya. Okay itu tidak sengaja, sungguh! Karena saat itu aku membaluri kedua kakinya dari bawah hingga ke pangkalnya.
“ Hehehe…maaf… salahkan butt-mu kenapa sexy seperti ini… ”.
PLAKK…
“ YA!! ”. dia berteriak saat aku menepuk butt-nya yang sangat sexy itu, membuatku tertawa. Namun, dengan cepat dia mendorong tubuhku hingga terjungkal kebelakang lalu ia melarikan diri dariku. Tidak sampai keluar kamar, setidaknya kami berlari-lari didalam kamar yang cukup luas di dalam mansionnya. Kamarnya ini dua kali lipat apartment yang dimilikinya dipusat perkotaan Seoul. Yeahh… jika sudah seperti ini niatan untuk tidak terlambat, pasti tidak akan terlaksana.
“ Khhhaaa…khhhaaa…. ”. Dengan nafas kami yang memburu, kami menghentikan aksi kejar-kejaran. Aku tersenyum dihadapannku dan dengan spontanitas-ku, aku mendorong tubuhnya hingga terjatuh di atas tempat tidur yang masih berantakan. Aku menindih tubuhnya yang kini berada di atasku, deru nafasnya yang menerpa wajahku begitu hangat dan harum, membuat hormonku meningkat.
“ Ya~~…kau mau apa… ”. Tanyanya dengan nada manja. Aku tak menjawab, hanya tersenyum dan segera mengecup bibirnya yang telah menjadi candu untukku. Melumatnya lembut bersamaan dengan decakan yang terdengar manis ditelingaku.
“ Tae~~…. Seper-ti-nya… kita a-kan benar-benar terlam-bat… ”. Ucapnya terbata disela-sela ciuman kami. Jika aku menggunakan alat pendengar, aku bisa langsung men-turn off-kan alat pendengar itu dan tetap fokus melumat bibirnya dengan lembut hingga sudah dipastikan dia juga tidak akan bisa menolakku. Terbukti dengan dikalungkannya kedua tangan dileherku dan menekan tengkukku untuk memperdalam ciuman kami, tanganku tak tinggal diam.
Aku menelusuri kulit putihnya, mulai dari lengan, dada yang sedikit kupijat lembut hingga terdengar desahannya yang membuat hormonku semakin meningkat. Oh Shit! Haruskah sepagi ini kami mengulang adegan semalam tanpa henti?
“ Ahh~….Tae~… ”. Ia meronta sexy dibawahku dan salah satu kakinya menyenggol junior Kim. Oh God! Hormonku, berhentilah untuk pagi ini. Jebal.
“ Stop it…Taeyeon… ”. Dia menahan tanganku yang hendak masuk ke dalam celana dalamnya. Membuatku tersadar, bahwa aksiku sudah akan berjalan lebih jauh lagi jika ia tak menahannya.
“ Uhh…baiklah…baiklah…maafkan aku ”. Okay! Dengan sekuat tenaga, aku menahan hormonku pagi ini.
****
Duduk manis dikursi eksklusif sebuah maskapai termewah milik pribadi adalah satu aktivitas yang sering kulakukan. Pergi ke berbagai negara tak membutuhkan waktu yang singkat, bahkan si pilot sering membuang banyak waktu berjam-jam untukku sampai di tempat tujuan. Sebetulnya, aku tak perlu kesusahan pergi ke berbagai negara untuk memeriksa perusahaanku. Aku yang memiliki jabatan yang paling tinggi diperusahaan sudah berkali-kali di desak untuk menikmati hidup dengan bersantai di rumah atau bahkan pergi berlibur. Tetapi, apakah aku orang yang suka berhura-hura dengan seluruh warisan yang kudapatkan dari peninggalan kedua orangtuaku? No way!
Aku tak mungkin membiarkan Vice President yang di tak lain adalah kekasihku, kesusahan mengendalikan semuanya. Aku tak ingin tubuhnya menyusut dan semakin kecil, bagaimana ia bisa menggendongku nanti? Bahkan, belum sampai ia menggendongku sampai berbaring ditempat tidur kami dengan aroma sensual—ia sudah kehabisan tenaga dan terpaksa menunda hasrat ingin memilikiku seutuhnya. Baik dia maupun diriku, cukup sulit mengendalikan hormon sensualnya. Tetapi, sejauh ini ada sedikit perubahan yang dilakukannya. Ia cukup nekat hingga berusaha untuk menahan hasrat sensualnya saat aku mencoba menggodanya. Tampang byun-nya saat itu benar-benar berhasil membuatku geli dan gemas padanya.
Kembali pada moodku yang sewaktu-waktu bisa kembali drop dalam perjalaan ke Jepang ini. Aku benci menunggu pesawat ini berhenti ditempat tujuanku, sehingga untuk membunuh kebosananku—Terkadang aku memilih mendengarkan musik lewat ponsel pemberian sang kekasih, atau hanya sekedar membaca majalah fashion yang sudah berkali-kali dibaca. Membosankan bahkan satu kata yang paling mengerikan untukku adalah kata Jenuh. Haruskah aku tidur? Tidak! Aku bukan wanita penggoda macam mantan kekasih Taeyeon yang mudah sekali tidur. Si rambut blonde yang manja dan sungguh penggoda hasrat para lelaki.
Aku melemparkan majalah fashion yang sebelumnya kugenggam ke lantai dan mendengus kesal. Mendadak aku merasakan kekantukkan dan damai sekaligus saat memandang keluar jendela dan melihat awan cerah disana, hingga tak sadar bahwa menit selanjutnya aku merasa seperti terhipnotis dan tertidur tenang.
Di pagi yang cerah dengan suara kicauan burung bernyanyi membuat seseorang yang tengah menyibukkan diri di depan cermin tersenyum manis. Ia melipat sebuah tali berwarna merah muda yang menggantung dilehernya dengan rapi, hingga membentuk dasi yang sangat cantik. Hari ini adalah 7 harinya ia pindah sekolah di negara yang baru ia pijak di umur 6 tahun ini. South Korean.
Tak lama kemudian, pintu kamarnya diketuk perlahan sampai berhasil membuatnya menoleh ke sumber suara.
“ Tiffany.. lekaslah turun sayang, kami menunggumu untuk sarapan bersama sebelum kau berangkat sekolah “ ucapnya dibalik pintu kamar yeoja manis itu
“ Yes, mom!! “. Tiffany kecil bergegas mengambil perlengkapan sekolahnya dan berlari kecil sambil melompat-lompat keluar dari kamarnya. Senyumannya semakin mengembang, saat ia melihat kedua orangtuanya dari tempatnya berpijak dilantai atas. Mereka sudah duduk dimeja makan dan tersenyum ke arahnya, cepat-cepat ia menuruni tangga lalu mengecup singkat pipi kedua orangtuanya.
“ Morning, daddy, mommy “. Tiffany duduk di dekat appanya dan bersiap untuk mengambil sepotong sandwich dihadapannya. Namun, ommanya menahannya membuat tiffany menoleh ke arahnya dan memandangnya bingung.
“ Why? I’m so hungry, mommy “ rengek tiffany, membuat kedua orangtuanya menggelengkan kepala mereka.
“ Jika kau ingin memakan sandwichmu tanpa sendok dan garpu, cucilah tanganmu terlebih dahulu. Setelah itu, kau boleh memakannya “ ungkap Mrs. Hwang, membuat bibir anak semata wayangnya mengerucut.
“ Stephany, dengarkan ommamu sayang “. Kini Mr. Hwang mengelus kepala anak tersayangnya lembut. “ Attitude dalam makan pun perlu kita perhatikan, ingat cepat atau lambat kau akan menggantikan appa di dunia perbisnisan. Kau harus tampil perfect, bukankah itu yang selalu kau lakukan dalam penampilanmu sayang? “. Tiffany kecil mengangguk pelan, lalu bergegas turun dari kursinya untuk menghampiri wastafel tak jauh dari meja makan.
Saat Tiffany tengah mencuci kedua tangan dengan sabun, bunyi bel terdengar hingga membuat kedua orang paruh baya menoleh ke sumber suara lalu saling berpandangan bingung.
“ Biarkan aku yang membukanya, sayang “ ucap Mr. Hwang, seraya beranjak dari tempatnya dan berjalan menghampiri pintu keluar. Sedangkan, Tiffany yang baru saja selesai mencuci kedua tangannya bergegas turun dari kursi kecil yang sebelumnya ia pijak agar mencapai kran air untuk kembali ke meja makan.
“ Mommy, aku sudah mencuci kedua tanganku dan sekarang biarkan aku sarapan “ ucapnya tanpa memandang ommanya yang terlihat tegang, Tiffany dan ommanya kini tengah sibuk dengan dunia mereka hingga tak menyadari bahwa ada sesuatu aneh yang terjadi pagi itu.
“ Chankman, Stephany “. Mrs. Hwang menahan tangan Tiffany kecil yang baru saja akan melahap sandwichnya. Tiffany kecil memandang ommanya tak percaya, lalu mendengus kesal.
“ Haruskah aku membersihkan seluruh tubuhku, kali ini? “ tanya Tiffany kecil polos.
“ Ssstt.. “. Tiffany mendadak diam, saat ommanya menyimpan jari telunjuk dibibir wanita paruh baya itu sendiri. “ Tiffany, bisakah kau bersembunyi di bawah meja yang lebih rendah disana? “ lanjutnya sambil menunjuk meja dengan kaki rendah di depan televisi.
“ Ada apa omma? Apa akan ada gempa pagi ini??“. tanpa menjawab pertanyaan Tiffany kecil, Mrs. Hwang bergegas menggendong anak itu dan menyembunyikannya dibawah meja.
Dan tepat saat itu juga, seseorang menampakkan dirinya. Kedua mata Mrs. Hwang sekejap membelalak seraya berteriak histeris saat melihat kepala suaminya, tanpa tubuh yang selalu merengkuhnya dikala mereka tidur bersama. Hanya potongan kepala sang suami yang dibawa orang itu.
“ Time to kill all of you, Hwang Family “. Ungkap orang itu sambil tersenyum evil. Tak lama kemudian, tubuh Mrs. Hwang tertarik kasar. Tubuh wanita paruh baya itu terlempar hingga kepala dan tubuhnya membentur sebuah gucci yang cukup besar disana, hingga belahan atas gucci itu menancap dengan sempurna di dadanya. Bersamaan dengan itu, nafasnya terhenti dengan sekujur tubuhnya yang kaku.
Tiffany kecil yang melihat semua itu dari bawah meja berusaha untuk tidak berteriak dengan menutup mulutnya. Namun, deru nafas yeoja itu rupanya terdengar. Hingga orang itu yang sebelumnya membelakanginya, berbalik dan mencari asal muasal suara itu.
“ Hoho.. rupanya si manis yang paling cantik ini bersembunyi disini, hm? “. Tiffany kecil menggelengkan kepalanya perlahan, tubuhnya mencoba untuk menghindar. Mencoba menjauh dari malaikat pencabut nyawa yang juga telah membuat kedua orangtuanya mati mengenaskan. Wajah pucat pasi milik Tiffany kecil itu berhasil membuat orang itu tertawa puas, mendadak orang itu senang sekali mempermainkan anak kecil yang manis itu. membuatnya takut, jika bisa orang itu menginginkan Tiffany kecil mati dengan sendirinya tanpa harus ia bunuh seperti apa yang terjadi dengan kedua orangtua yeoja itu.
Mungkin, Tiffany kecil bisa mati dengan sendirinya karena serangan jantung. Tetapi keinginan orang itu tak akan pernah terjadi karena dengan seluruh tubuh yang bergetar serta ketakutan Tiffany kecil yang semakin besar, membuat yeoja itu memiliki tekad dan kekuatan untuk menerjang orang itu.
Dengan kuku bukunya yang memutih, Tiffany kecil menyakar wajah orang itu. Bahkan, Tiffany kecil menusuk salah satu matanya hingga mengeluarkan darah segar. Kali ini, bukan kedua orangtuanya yang berteriak—meringis kesakitan. Namun, raungan kesakitan yang sangat memilukanlah dari orang jahat yang mampu Tiffany dengar ditengah rumah kedua orangtuanya yang cukup besar itu.
Melihat kesempatan itu, Tiffany yang memiliki kecerdasan yang hebat bergegas memanfaatnkannya untuk melarikan diri. Namun, saat Tiffany akan berlari. Orang itu menarik salah satu kaki Tiffany kecil, hingga terjatuh ke lantai dengan kepalanya yang membentur keras disana. Tiffany kecil mengeluarkan banyak darah dari kepalanya, ia meraung kesakitan sambil tetap mencoba sadar dan melihat siapakah orang yang telah membuat keluarganya seperti ini. Namun, sinar cahaya yang menyilaukannya membuat kepalanya pening hingga akhirnya ia tak sadarkan diri.
Author p.o.v
“ MOMMMMMMMMMMMM!!!! Khhhaaa…khhaaa…. ”. Kursi yang mulanya terlihat tenang itu, kini berguncang hebat saat Tiffany membuka matanya dan terlonjak kaget. Hingga assistantnya yang menyadari itu kebingungan dan bergegas menghampiri Tiffany.
“ Tiffany-ssi!! Tiffany-ssi, gwenchanayo? ”. Nafasnya memburu bersamaan dengan tubuhnya yang bergetar hebat, keringat dingin pun terus mengalir deras keluar dari setiap pori-pori kulit putihnya. Tiffany tetap pada pikirannya, ia memandang kosong ke depan sebelum ia kembali berteriak histeris.
“ AAAAA….kajima!!Kumohon…jangan… ”
“ Miss… Miss!! ”. Tiffany yang terlihat ketakutan itu, membuat asistennya panic. Terus terang, kali pertamanya assistant yang baru di angkat beberapa bulan itu melihat apa yang di alami atasan cantiknya itu.
“ Aaaa.. jangan.. jangan.. kumohon… MOMMMM…. DADDDDD….. Andwe!!!! Hhhhhhhhh.. hiikkksss… ”. Dia memberingsut, memeluk kedua lututnya yang naik ke atas kursi. Tiffany menangis sambil menggigit lengannya sendiri, ketakutannya yang membuatnya merasakan sakit yang hebat menimbulkan darah segar mengalir dari kedua hidung Tiffany.
“ Tiffany-ssi!! “. Assistantnya kembali panik, “ Sir, lebih baik kita putar balik… aku tidak mau terjadi sesuatu terhadap Miss Hwang… Ppaliwa…”
“ Baik… ”.
Melihat kondisi Tiffany, assistant muda itupun segera menghubungi Kim Taeyeon. Kekasih dari atasannya itu. namun, yeoja itu mendengus tatkala menemukan nomor Taeyeon yang tidak aktif. Dia benar-benar tak kalah gemetar melihat atasannya itu—seperti orang yang baru saja melihat pembantaian di depan matanya sendiri.
“ Ahhh…akhirnya masuk juga… ”. Yeoja itu tersenyum, setelah mendengar suara sambungan dari telephonenya.
.
.
.
Mereka telah sampai di pelantaran rumah Hwang yang sangat luas, dan dengan leluasanya kendaraan udara pribadi milik Tiffany bisa landing disana.
Seorang pemuda bertubuh gagah berlari menuju helicopter yang masih menggerakkan baling-balingnya. Menimbulkan suara gemuruh serta angin yang cukup kencang, hingga memberatkan langkah-langkahnya. Ia bergegas membuka pintu helicopter yang menjemput gadis cantik itu dari airport.
“Apa yang terjadi?? ” tanyanya khawatir
“ Tuan.. aku tidak tahu… Miss Hwang saat itu sedang tertidur dan sepertinya dia mengalami mimpi buruk. Dan setelah ia terbangun, ia sudah seperti ini. Bahkan, miss Hwang mengeluarkan darah dari hidungnya ”
“ Fany~ahh… ”. kini perhatian namja itu beralih ke Tiffany, ia memandang wajah pucat yeoja dihadapannya yang terlihat sangat ketakutan.
“ Aaaaaa….jangan….. ”. tiffany meronta sambil terus berteriak histeris, air mata pun telah membasahi seluruh wajahnya membuat si namja sedih melihatnya seperti ini.
“ Heyy…..hey…ini aku… Yuri… ”. Dia membingkai wajah Tiffany yang kusut itu, mencoba menyadarkannya dengan apa yang kini mereka hadapi. “ Aku Yuri, Fany~ah.. kau aman sekarang “ lanjutnya
“ Y-yuri… ”. tiffany memandang wajah namja itu sekarang, suaranya masih terdengar tercekat dan juga bergetar.
“ Ya ini aku…. ”
“Yuriii…hiikkkss….”. Tiffany langsung memeluk tubuh tegap dihadapannya itu, wajahnya seolah ingin ia tenggelamkan lebih dasar lagi di depan tubuh Yuri. Tiffany benar-benar ketakutan setengah mati.
“ Kenapa kau seperti ini lagi? ”. Yuri mengelus rambut Tiffany yang begitu harum, ia juga balas memeluk Tiffany lebih kencang. Mencoba untuk membuat yeoja didalam dekapannya, aman dan tenang.
“ Tolong panggilkan dokter Lee.. ”. Perintah Yuri kepada asisten Tiffany.
“ Baik… ”
Yuri langsung menggendong Tiffany dan turun dari helicopter. Ia berjalan menuju rumah megah yang terlihat besar dihadapannya itu, membawa tubuh mungil yang terlihat lemah didalam gendongannya.
Yuri—Kwon Yuri, dia adalah anak dari kerabat kerja Mr Hwang dulu. Mereka kenal sejak kecil, dan Yuri termasuk teman Tiffany yang sangat menyayanginya, mungkin lebih dari rasa itu, tapi Tiffany tidak tahu.
Bahkan Tiffany tidak terlalu suka dengan Yuri, karena sikapnya yang terlalu keras kepala, ingin menang sendiri, dan yang paling Tiffany tidak suka dari Yuri adalah selalu menjelek-jelekan Taeyeon didepannya. Yuri terlalu ikut campur dalam hidupnya.
Setelah mereka sampai di kamar Tiffany, Dokter pribadi keluarga Hwang pun datang. Yuri senantiasa berada disisi Tiffany yang rupanya mengalami trauma itu lagi. Trauma hebat yang membuat Tiffany ketakutan setengah mati, tatkala ia melihat dengan mata kepalanya sendiri saat kedua orangtuanya meninggalkan jasad mereka yang mati mengenaskan dihadapannya. Karena tragedi itu, Tiffany mengalami kehidupan yang sangat sulit dan traumatic yang sangat dalam.
“ Biarkan dia istirahat dulu… ”. Ujar Dokter perempuan itu setelah berhasil menyuntikkan obat penenang kepada Tiffany.
“ Apa dia mengalami trauma lagi, Dok..? ”
“ Ya, dia mengingat kejadian itu lagi… ”
“ Huuff.. ”. Yuri menatap iba Tiffany, ia mengelus lembut puncak kepala Tiffany yang sekarang tertidur, lebih tepatnya dipaksa tidur.
“ Kenapa kau tidak mengijinkan aku untuk mengusut kasus itu? Kau tahu… aku hanya ingin kau hidup tenang, tidak seperti ini.. ”. Yuri berbicara dengan Tiffany yang pastinya tidak akan mendengarnya.
“ Dan kau selalu saja memihak ‘penjilat’ itu–.. ”. Ucapan Yuri terputus saat mendengar pintu kamar Tiffany yang terbuka dengan tergesa.
“ Fany–ahh… ”
“ Ahh…penjilat-nya sudah datang… ” celetuk Yuri, saat orang yang disebut-sebut ‘penjilat’ Tiffany berdiri tak jauh dibelakangnya. Ia tersenyum miris, seraya berdiri dan berjalan menghampiri Taeyeon yang juga mendekat.
“ Aku sedang tidak ingin berdebat denganmu… ”. Taeyeon hendak melangkah melewati Yuri, namun Yuri membentangkan tangan kanannya hingga mengenai leher Taeyeon dengan keras, hal itu membuat Taeyeon mundur dan terbatuk “ Uhukk…uhukk…ahh… ”.
Yuri mendekati Taeyeon yang masih terbatuk itu, ia menarik lengan Taeyeon agar tubuhnya berdiri dengan tegap “ Menyerahlah dan tinggalkan Tiffany “
“ Mwo? Apa maksudmu? Aku tak akan pernah meninggalkan kekasihku! “
“ Ck.. wae? Kau belum puas menjilat harta Tiffany, huh!? “. Yuri menarik kerah kemeja yang Taeyeo kenakan, membuat Taeyeon merasakan lehernya yang tercekat. “ Aku akan mencaritahu dan membuktikan semua akal busukmu itu.. penjilat.. “. Yuri melepaskan tangannya dari kerah pakaian Taeyeon, lalu menepuk kedua tangannya yang seolah meninggalkan jejak debu disana.
“ Buktikan saja…khh…khhaa… ”. Tantang Taeyeon tanpa rasa takut “ Kebenaran pasti akan terungkap… ”. Taeyeon tersenyum tipis dibalik ludah yang masih sulit ia telan karna ulah namja dihadapannya itu.
“ Tahu apa kau tentang kebenaran? Ahh…bahkan kau menyembunyikan kebenaran itu…”
“ Iishh, Yuri… sebenarnya apa masalahmu denganku? ”
“ Wow… masalahnya adalah kenapa kau ada disini… ”. Kini giliran Taeyeon yang terlihat terpancing akan semua ucapan Yuri. Ia memicingkan mata tajamnya pada Yuri, namun Yuri sama sekali tak takut pada namja yang sedikit lebih pendek darinya itu.
“ Sudah berkali-kali aku katakan padamu bahwa keberadaanku disini untuk menemani, menjaga dan merawat Tiffany dengan seluruh cinta serta kasih sayang yang aku berikan begitu besar padanya. Tidakkah kau lihat, eoh!? Aku mencintainya, sangat mencintainya apa selama ini aku menyakiti Tiffany? tidak! Justru enyahlah kau dari hadapan Tiffany, kau membuat kekasihku pusing! Kau–.. “
“ Nikmati saja waktumu sampai saatnya nanti, Kim Taeyeon. Karna aku akan menendangmu… aku akan membuat Tiffany membuka matanya dan melihat dengan jelas, siapa kau sebenarnya… iblis yang bertopengkan malaikat! ”
TBC
